Sabtu, 03 Juli 2010

Bakteri dan Algae Mampu Kurangi Konsentrasi Emisi Karbondioksida

Meningkatnya konsentrasi emisi karbondioksida yang menyebabkan global warming saat ini tidak hanya ditekan dampaknya melalui gerakan penanaman pohon semata, namun juga memanfaatkan bakteri maupun Algae yang selama ini belum banyak menjadi perhatian masyarakat.

Hal tersebut disampaikan seorang peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), DR. Gunawan Budiyanto, MP saat Diskusi Ilmiah mengenai “Emisi karbon di udara” di Kampus Terpadu UMY, Rabu (17/3).

Menurutnya, peningkatan cemaran emisi Karbondioksida secara nyata telah mempengaruhi susunan gas di atmosfer dan tentunya hal ini juga berpengaruh kepada kualitas dan aktivitas makhluk di dalam biosfer bumi. Untuk itu, berbagai cara telah diteliti dan dicobakan untuk mengurangi konsentrasi emisi karbondioksida ini.

Namun, Gunawan menilai, selama ini sebagian besar masyarakat menganggap melalui penanaman pohon sajalah yang bisa mengurangi konsentrasi emisi karbondioksida yang saat ini terjadi. “Padahal upaya mengurangi konsentrasi emisi karbondioksida dapat dilakukan dengan beragam cara. Salah satunya adalah memanfaatkan bakteri dan Algae,” terangnya.

Selama ini bakteri masih kurang diperhatikan mengingat media perkembangan bakteri yang umumnya berada di tempat yang kotor. “Meskipun tidak semua bakteri berada di tempat kotor, namun beberapa bakteri memang muncul di tempat yang kotor sehingga masyarakat pun terkadang merasa enggan untuk memanfaatkannya lebih lanjut,” terang Gunawan.

Ia pun mencontohkan banyak masyarakat yang merasa terganggu adanya enceng gondok yang biasanya hidup di perairan. “Padahal keberadaan enceng gondok ini mampu mengurangi dan menyerap konsentrasi CO2 yang menjadi penyebab global warming,” jelas Gunawan. Secara umum, bakteri biasa berkembang pada media yang lembab dan pencahayaan yang agak redup, namun tidak menutup kemungkinan bakteri tersebut hidup di tempat lain.

Gunawan juga menguraikan apabila proses fotosintesis oleh tanaman termasuk Algae yang menggunakan energi matahari juga mampu mengubah karbondioksida menjadi biomassa. “Biomassa yang dapat diubah menjadi bahan bakar merupakan proses penyediaan bahan bakar terbarukan sehingga hal ini menjadi peluang lain untuk meningkatkan praktek pertanian organik yang lebih ramah lingkungan,” urainya. Dalam penelitian tersebut, Gunawan akan melakukan penelitian untuk menyediakan atau membuat lingkungan yang disukai oleh bakteri dan Algae sebelum mengembangkan lebih lanjut pemanfataan keduanya.

Lebih lanjut, Ia memaparkan pertanian pada dasarnya adalah sebuah sistem yang memanfaatkan sumber energi matahari melalui proses fotosintesis. “Fotosintesis juga disebut sebagai suatu proses transformasi senyawa an-organik menjadi bahan pangan yang berbentuk senyawa organik,” ujarnya. Secara fisiologi, produksi tanaman pada dasarnya sangat bergantung kepada ukuran dan efisiensi proses fotosintesis, sehingga dalam penyediaan bahan pangan, fotosintesis menjadi dasar utama yang banyak mendapat perhatian.

Melalui penelitian ini, Gunawan berharap Fakultas Pertanian mampu berperan dalam mengurangi dampak global warming melalui pemanfaatan bakteri dalam proses fotosintesis. Selain itu, Ia juga berharap khasanah penelitian pertanian suatu saat akan dimanfaatkan sebagai alternatif pemecahan dan pada gilirannya proses perencanaan pengembangan perkotaan dapat lebih didekatkan kepada pola pertanian dalam konsep green city.


Sumber :
http://www.umy.ac.id/bakteri-dan-algae-mampu-kurangi-konsentrasi-emisi-karbondioksida.html
21 Maret 2010
“Apabila pertanian memanfaatkan tanaman budidaya sebagai materi organik dalam perencanaan kota, maka diharapkan pengembangan kota akan mengarah kepada terciptanya farming city yang lebih ramah lingkungan,” tandas Gunawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar